Sabtu, 10 Januari 2009

Media Semai Adenium

Semua media tanam yang dikenal saat ini, dapat digunakan untuk menyemai adenium. Benih adenium mudah berkecambah, bahkan di atas kapas atau kertas tissue basahpun, benih adenium dapat berkecambah dengan baik (namun tidak dianjurkan). Sesuai dengan sifat dan karakter perkecambahan benih adenium (lihat : Benih Adeneium), beberapa hal perlu diperhatikan dalam memilih media semai, agar peristiwa gagal semai menjadi rendah.

Media semai harus mampu menyediakan air sekaligus udara. Untuk itu media semai harus berpori, rongga dimana air dan udara berada. Air tidak boleh mengisi semua lubang pori dan udara terdesak keluar. Maka lubang pori harus saling berhubungan (permeabel atau lulus air) agar sebagian air dapat mengalir keluar dari media, dan tempatnya digantikan udara.

Media semai harus gembur atau lepas-lepas, hingga mempunyai resistensi rendah terhadap pemunculan kotiledon (ingat benih adenium besifat epigeal, lihat : Benih Adenium). Seringkali gagal semai terjadi karena media bersifat padat. Kotiledon tidak dapat menembus dan muncul ke permukaan, benih akhirnya busuk meski telah sempat berkecambah.

Banyak bahan dapat dipakai sebagai media semai, seperti seperti tanah, kompos, pasir kali, pasir malang , cocopeat, sekam mentah, sekam bakar, daun kaliandra, dan daun bambu. Atau campuran dari bahan-bahan tersebut di atas. Dalam memilih media, pertimbangkan sifat dan karakteristik bahan tersebut. Pasir dan tanah cenderung cepat memadat. Cocopeat cenderung cepat meluruh. Sekam mentah menyulitkan dalam penyemaian, mana benih dan sekam sulit dibedakan.

Pilih bahan media yang mempunyai ukuran butir halus sampai sedang. Partikel berukuran kasar cenderung kurang mengikat air. Campuran cocopeat, sekam bakar, dan pasir kali dengan perbandingan volume sebesar 2:2:1 memberi hasil yang baik sebagai media semai.

Benih Adenium

“Memilih berarti harus menentukan pula bagian yang harus dikorbankan”. Karena adenium memilih cara penyebaran benih melalui angin, maka berupaya benih harus ringan agar mudah melayang. Pengorbanan yang dipilih adalah kulit benih menjadi tipis dan berongga .

Kulit tipis menjadikan fungsi perlindungan embrio dalam benih menjadi minim. Benih rentan terhadap pengaruh lingkungan luar, dan kualitas benih akan cepat mengalami penurunan (deteriosasi) sejalan dengan waktu. Dampaknya, tanpa pengelolaan yang tepat, daya kecambah dan daya tumbuh benih akan turun dengan cepat seperti deret ukur. Dengan penanganan seadanya, benih adenium berumur kurang dari satu bulan, daya kecambah berkisar 90 %. Lebih dari tiga bulan, daya kecambah turun hingga 60 %. Dan lebih dari lima bulan, daya kecambah turun hingga 10 % saja.

Bagaimana mengatasi kendala kualitas benih ? Bagi penghasil benih, penangganan pasca panen menjadi hal mutlak. Bagi penanam benih, jawabnya hanya ada satu, pilih benih yang berkualitas. Bagaimana caranya ? Direndam dalam air, seperti memilih benih padi. Benih yang tenggelam adalah benih berkualitas? Ya, untuk padi, tidak untuk adenium. Logikanya, bagaimana mungkin benih adenium akan mudah melayang di udara kalau di dalam air saja tenggelam ? Bulu layang pada benih adenium tidak mempunyai kapasitas untuk menerbangkan benih adenium, layaknya baling-baling pesawat udara. Berkualitas atau tidak, benih adenium tetap saja akan melayang di air. Kalaupun ada yang tenggelam, mungkin benih adenium tersebut telah rusak. Pilih benih adenium yang masih baru (“fresh”), maksimal berumur di bawah 2 bulan. Ditandai dengan kulit benih nampak elastis dan pejal. Kulit berkerut, kaku, rapuh, dan berwarna coklat kotor, tanda benih telah berumur. Tekan benih dengan ujung jari telunjuk dan jempol, boleh juga dengan jari manis dan kelingking bila terbiasa. Benih berkualitas akan terasa ada isi benjolan di dalamnya. Itulah embrio dan cadangan makanan yang menandakan benih berisi. Bila ditekan meski terasa berisi namun kulit mudah pecah, itu tanda benih telah berumur. Buang saja benih yang demikian. Terakhir, jangan sekali-kali pilih benih yang berjamur.

Beranda Omahijo


Saya, Tharie Widodo mulai menyukai bunga Adenium sekitar awal tahun 2003, koleksi bunga pertama yang kami beli adalah "blue hawaii". Saya sangat tertarik memiliki bunga tersebut karena berbunga lebat dan berwarna ungu.

Karena kelihatan perawatannya mudah, sejak saat itu saya dan suami rajin mengunjungi nurseri di Yogya atau setiap ada pameran bunga (di Yogya hampir seminggu sekali ada pameran bunga), saya mesti menyempatkan diri nonton sambil mencari dan menambah koleksi baru bunga adenium.

Awalnya kami memelihara anggrek. Namun karena keberatan papanya anak-anak atas suasana lembab dan gelap di rumah (mengundang nyamuk, katanya), saya mencari tanaman lain yang jauh dari kondisi lembab dan gelap. Pilihan jatuh ke adenium terutama karena :

- Warna bunga beraneka macam dan corak.

- Pohonnya mempunyai sosok yang unik dan khas

- Mudah perawatannya.

- Suasana rumah tidak lembab dan gelap, karena pohon ini suka sinar matahari

Kala itu saya dibuat heran dengan jenis dan warna adenium yang sangat banyak, sekitar 101 jenis. Hampir tiap seminggu sekali kami beli tanaman tersebut ( grafted plant ), sedikit demi sedikit hingga terkumpul lebih dari 300 pot baik beli dari dalam negeri atau luar negeri ( Taiwan dan Thailand ). Cukup besar juga dana yang kami keluarkan untuk membeli grafted plant adenium ( kala itu 1 pot adenium dengan 5-6 titik grafted seharga Rp. 300.000 ).

Akhirnya hobby kami tersebut tak lagi bisa dibuat main-main, berbekal koleksi yang sudah lumayan banyak dan hasil belajar sana sini lewat literatur akhirnya kami menjadikan hobby tersebut sebagai bisnis samping yang cukup menghasilkan.

Bulan Mei tahun 2003 saya mulai belajar menyilang adenium. Saya belajar menyilang dari alam. Alhamdulillah, lewat blue hawaii dan lebah yang menujukkan ke saya bagaimana biji adenium didapat. Suatu sore saya mendapati lebah yang mati terjepit di anther bunga blue hawaii kejadian tersebut memberi inspirasi ke saya bagimana seharusnya penyerbukan adenium dilakukan. Sejak saat itu saya mulai mencari dan mempelajari buku-buku fisiologi tanaman, teknik meyilang dan pemuliaan tanaman. Untuk mencari tahu bagian-bagian reproduktip suatu bunga. Saat itu saya tidak tahu sama sekali apa itu stigma, anther, pollen, dll. Dari buku pula saya tahu bahwa struktur bunga adenium mirip struktur bunga sejenis rumput liar di gurun (Asclepias)

Namun baru pada bulan Nopember 2003 saya dapat berkata bahwa saya berhasil menyilangkan bunga denium (kurang lebih 6 bulan coba-coba menyilang baru berhasil). Keinginan untuk menyilangkan adenium timbul setelah dapat oleh-oleh dari teman berupa bunga adenium "Harry Potter" orisinal, bukan "grafted plant". Di pikiran saya kala itu alangkah indahnya adenium bila bunganya bagus tetapi batangnya tidak terlihat luka bekas proses grafting. Untuk itu berarti kita harus menanam benih adenium yang berbunga non lokal. Tapi mana ada saat itu, berarti saya harus menghasilkan sendiri biji adenium dimaksud.

Menyilang adenium itu gampang. Yang susah menentukan indukan yang sesuai. Bunga adenium mempunyai sifat "incompabilitas" yang tinggi dan "self sterile". Bunga adenium tergolong tanaman penyerbuk bersilang. Jadi semua biji adenium yang ada itu sebenarnya adalah hibrida, karena penyerbukan bersilang itu tadi. Beberapa species, atau varietas sering tidak bersesuaian, saling menolak. Ada species yang putiknya (stigma) tidak berfungsi dengan baik, dan beberapa lainnya tidak menghasilkan pollen.

Contoh : species A. swazicum dan turunannya tidak dapat dipakai sebagai indukan betina, karena stigma tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kalaupun terbentuk calon biji, perkembangannya tidak begitu baik.

Penyilangan antara A. obesum dengan A. arabicum sangat sulit dilakukan. Namun anehnya kalau arah persilangan dibalik, A. arabicum dengan A. obesum kemungkinan diperoleh biji jauh lebih mudah.

Silangan pertama saya adalah antara "red dusk" (A. obesum) dengan "harry porter" (Adenium hybrid ). Dari catatan saya bunga tersebut hasil proses penyilangan pada tanggal 1 Nopember 2003 (pas hari ulang tahun anak saya yang pertama), tanda-tanda munculnya calon biji kelihatan pada tanggal 15 Nopember 2003, dan saya panen (hasilnya 150 biji) pada tanggal 11 Februari 2004. Dari 150 biji yang saya tanam, 95 % tumbuh. Sembilan bulan kemudian tanaman tersebut berbunga dan memiliki beberapa corak bunga yang merupakan perpaduan ke dua induknya atau nenek-kakeknya.

Ternyata benih adenium ( silangan hand pollinations ) masih jarang di Indonesia. Selama ini Indonesia import dari negara Thailand atau Taiwan, sehingga ketika saya mulai menawarkan benih maupun bibit (seedling ) melalui internet atau beberapa nursery respon mereka sangat luar biasa. Akhirnya order pembelian benih mulai mengalir.. Alhamdullilah..

Bulan Mei 2006, tepat 3 tahun setelah perkenalan saya dengan Adenium. Sebuah Majalah Ibukota ( Flona ) mengangkat hobby dan pengalaman saya menyilang adenium sebagai topik utama. Berkat internet dan media iklan lain akhirnya kami mulai dikenal orang.


OMAH IJO

Specializes in Adenium Hand Pollination Seeds.

Jln. Balai Budaya Minomartani 1 (BBM 1) no. 26 C Tegalrejo Minomartani Sleman Yogyakarta

Telp : +62 274 885906 HP : 0812 269 3883